Kambing Hitam dari Pekalongan

Anton E Lucas mengawali uraiannya tentang keresidenan Pekalongan. Gedung societet sebagai perlambang dari kota Pekalongan dan merupakan tempat penyimpanan senjata dan logistik para tentara Jepang. Penggambaran tentang daerah Keresidenan pekalongan juga dilengkapi dengan Peta, keadaan sosial, dan juga sistem pembagian bahan pokok. Selanjutnya penjelasan mengenai pembentukan pabrik pabrik gula juga tidak luput menjadi pembahasan awal.

Kemudian pengajar di Departement of Asian Studies and Languages menceritakan tentang pembagian senjata, sekolah sekolah tentara, pendidikan militer pemuda Indonesia, juga tentang perbudakan Romusha. Pada masa pemerintahan Jepang keadaan sosial masyarakat di 3 daerah juga amat memilukan.

Petani dan pekerja Romusha seolah menjadi makanan bagi para pangreh praja (golongan elite pemerintahan). Lewat pembagian hasil panen dan bahan pokok yang dikorupsi. Akan tetapi penindasan yang dilakukan para pangreh praja tersebut yang menjadi antogonis dalam peristiwa 3 daerah di pertemukan dengan para lenggaong (Bandit) yang menjadi protagonis.

Peristiwa pendombrengan lurah di Comal merupakan salah satu wujud makin meruncingnya pertentangan kelas di 3 daerah. Dombreng berasal dari bahasa Jawa. Dikarenakan bunyi gedumbrang dambreng yang berasal dari kaleng yang dipukul sebagai iringan saat mengarak pemimpin tersebut keliling kampung.

Peristiwa Pendombrengan yang dipelopori oleh kutil sebagai tokoh lenggaong dari Talang. Dirumah lurah tersebut ditemukan 400 ton beras yang disembunyikan dibawah tanah dan di langit langit rumah.

Fakta fakta yang diungkapkan Lucas soal rentang peristiwa 3daerah sedikit banyak dapat menimbulkan kebingungan bagi pembaca. Namun untuk menanggulangi hal tersebut Lucas di Akhir bukunya membawakan sebuah Postcript. Dalam postcript tersebut Lucas menyajikan hal yang harus dipahami tentang peristiwa 3 daerah kedalam 3 pokok.

Pertama, perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi pada masyarakat akibat datangnya modal asing. Kedatangan modal asing yang mengabatkan petani harus kehilangan tanah miliknya (land rente). Selain itu juga pembagian pajak yang amat membebani. Kebijakan modal asing yang membuat petani menjadi pekerja dengan bayaran rendah sehingga terancam kelaparan, kemudian banyak yang jatuih miskin. Perubahan sosial ini tentunya semakin menghilangkan kelas menengah dalam masyarakat.

Para pangreh praja dan pejabat pemerintahan dapat menyekolahkan anak anaknya disekolah sekolah belanda yang bagus dan mahal harganya, tentu tidak dapat dijangkau petani dan rakyat pribumi kebanyakan. Situasi seperti ini tentunya semakin memperburuk kehidupan sosial di masyarakat.

Kedua, kedatangan Jepang. Kedatangan Jepang dengan kebijakan pembagian bahan pokok termasuk kain, dan perumahan juga berpengaruh besar lahirnya revolusi sosial di Keresidenan pekalongan. Para petani dan pribumi hanya mendapat 10 potong kain untuk tiap keluarga. Sebagian besar kain diperuntukan untuk kaum wanita. Dan yang lelaki hanya mendapat sisa bahkan hanya mengenakan karung goni. Rakyat makin menjadi miskin dan pelbagai penyakit mewabah. Tentunya hal ini semakin membuat hubungan Rakyat, Pangreh Praja, juga para Patron pabrik pabrik gula semakin merenggang jauh.

Ketiga, terjadinya revolusi sosial tahun 1945. rakyat di Keresidenan Pekalongan menggeser para elite yang pro terhadap fasisme dan kolonialisme. Dengan di pelopori lenggaong mereka menurunkan secara paksa pejabat pejabat tersebut dan menggantinya dengan para pemimpin dari barisan pejuang radikal revolusioner. Sebagai contoh adalah di daerah Talang.

Kutil yang naik sebagai lurah. Setelah lurah sebelumnya di Dombreng (diarak keliling kampung) dan didalm rumahnya ditemukan timbunan pelbagai jenis bahan pokok. Merasakan berbagai penderitaan dan penindasan bersama yang akhirnya menimbulkan slogan One Soul One Struggle (Satu Jiwa dan Satu Tujuan).
Namun sayangnya revolusi sosial yang terjadi di pekalongan dianggap sebagai gerakan separatis oleh pusat.

Kutil, Amri, dan kawan kawan yang menjadi pelopor pendombrengan ditangkap dan diadili. Kisah persidangan kutil yang dilakukan pada 1947 sangat memilukan. Hal ini di bahas secara detil oleh Lucas. Tentang pengakuannya dipersidangan. Kutil mengakui bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan puluhan pangreh praja pro Jepang. Namun anaknya memberi kesaksian bahwa ayahnya tidak pernah membunuh satu orang pun. Pada akhirnya kutil dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.

Lucas memang menulis dengan kaya fakta. Akan tetapi dalam penyampaian dan deskripsinya tentang peristiwa demi peristiwa terasa membingungkan. Mengkin memang dalam peristiwa tersebut terjadi pembingkaian cerita. Agaknya penulisan sejarah dengan menggunakan metode wawancara, Oral history ”sejarah lisan” mampu menjawab bagaiman penulisan sejarah agar tidak menjadi pengakuan atau Peng-akuan sejarah yang terjadi di Indonesia. Seberapa besar kritik terhadap buku ini, tapi bagi kalangan pelajar dan yang tertrarik pada sejarah Indonesia buku ini cocok menjadi rerferensi.

Judul : One Soul One Struggle : Peristiwa tiga daerah dalam revolusi Indonesia
Penulis : Anton E Lucas
Penerbit : Ressist Book
Tahun : 2004
Tebal : 400 hal.

Categories: