PPL oh PPL

Jakarta. SMAN 71 Jakarta pagi ini tidak berbeda dari pagi – pagi biasanya. Sudah hampir satu bulan saya melakukan sebuah prograk yang menurut Kartu Rencana Studi di kultuskan sebagai program pengalaman lapangan (PPL), tapi rasanya semakin mirip dengan Program Pembodohan di Lapangan. Betapa tidak, pagi ini (30 Agustus 2012) kawan saya yang kebetulan mengajar biologi juga menangis tersedu sedan diruang ISO. Ruang ISO pada awalnya didesain pihak sekolah untuk menstandarisasi (ISO) sekolah, akan tetapi sejak kedatangan kami yaitu tanggal 28 Juli 2012, ruang tersebut praktis diperuntukkan untuk guru PPL. Kembali ke persoalan kawan saya. Mmmhhhh, mungkin kita sebut saja namanya Nanda, perempuan yang besar dengan darah campuran Aceh dan Jawa. Teguran keras yang diberikan oleh guru pamong kepadanya menjadi sebuah lecutan yang amat mengiris dihati. Berawal dari praktikum biologi yang dilakukan di kelas XI IPA 4 (28/08), praktik terpaksa dilakukan didalam kelas karena lab Biologi sedang di gunakan oleh kelas X. *** Usai praktikum berlangsung Nanda sebenarnya su sudah memberitahukan kepada tujuh kelompok siswa yang sedang praktikum tersebut untuk mengembalikan alat 2 ke Lab dalam keadaan bersih. Akan tetapi dari ketujuh kelompok tsb. Ada satu kelompok yang tidak mengembalikan alat dalam wkeadaan bersih. Kemudian ke esokan harinya Bu Susrina, membuka lemari kelas di kelas XI IPA 4,dan didalam lemari terdapat gelas ukur dan gelas kimia, sontag Susrina menegur Nanda. “Ini kamu bagaimana habis praktik kok tidak dikeembalikan ke tempat semula,” Rapal Susrina kepada Nanda. Tidak sampai disitu saja. Nanda dalam kasus ini tentu kebingungan sebagai guru PPL. “Duh gimana neh nanti, yah, pasti habis gw sama bu Tiur,” Sergah Nanda kepada kawan – kawan PPL di ruang ISO, soontag kami berempat merespon, “Oke, tenang, Every litle thing is gonnabe alright,” Nanda lalu kembali tenang. Selanjutnya keesokan harinya (30/08) setelah teguran Susrina, Guru Kimia di SMAN 71, ternyata malang tak disangka apes tak diduga, air mata mengalir deras membasahi pipi Nanda tepat di pagi buta. Saya pikir tidak ada yang berbeda, dan semua berjalan seperti biasa dihari kemarin – kemarinnya, ternyata hari ini jadi luar biasa dengan tangisan seorang Nanda. “Tadi tuh, gw ditegor sama bu Tiur (guru Pamong Nanda), dia bilang kejadian di XI IIPA 4 bisa mengganggu nilai PPL gw,” kata Nanda, sembari terisak. Tiur juga memfonis Nanda tidak memperhatikan kelengkapan alat – alat praktikum, ketakutan terbesar guru pamong nanda adalah ketika berita tersebut menyebar di ruang guru. “Jangan sampai kejadian ini terulang,” tambah Tiur. Teguran tersebut menurut Nanda merupakan permulaan, karena sebelum – sebelumnya Nanda mengaku bahwa guru pamongnya begitu banyak memberikan tugas dan sama sekali tidak welcome. Karenna itu tangisan Nanda pagi ini merupakan klimaks pembodohan yang dilakukann oleh guru pamong dilapangan. Idealnya ketika pihak Universitas sudah menyerahkan kepada guru Pamong, pihak sekolah bekerja sama semaksimal mungkin untuk mempraktikkan bahwa Mahasiswa yang sedang dalam masa PPL mendapat pengalaman yang sesungguhnya dari bersentuhan dengan siswa, bukan menjadikan mahasiswa PPL sebagai budak tugas – tugas teknis semata.
[ Read More ]

Posted by harrismalikusmustajab 0 »