Buang kepenatan..

buat kawan-kawan yang akan membaca catatan ini mungkin akan ada sedikit cibiran dan banyak celaan, tapi ini kan blog pribadi. jadi gakda salahnya kan menghilangkan kepenatan. Sepintas memang jarum pendek jam menunjukkan ke angka 12, pertanda hari sudah berganti. Memang waktu itu sesungguhnya sesuatu yang paling jauh dari kita karena tidak dapat ditarik kembali. Demikian juga sejarah. Meminjam lirik lagunya Bondan Prakoso "Apa yang terjadi / Ya, Sudahlah" mungkin itu frasa yang tepat untuk menggambarkan keadaan seorang yang tidak dapat menerima kenyataan. Apalagi kenyataan itu akibat dari ulah kita sendiri. Ternyata ungkapan klasik "Penyesalan selalu datang belakangan" itu benar. Karena kalo penyesalan datang di awal tidak akan ada kata menyesal. Genap setahun setelah peristiwa itu. Tapi kenapa dalam setiap keadaan tertentu batin ini tetap tidak bisa menerima kenyataan. Emang kita akan merasakan kehilangan bila sesuatu itu sudah pergi jauh meninggalkan. Janji tetap janji tidak mungkin begitu saja saya tinggalkan. Memang kita tidak bisa memastikan kalo masa lalu dapat dirubah, masa yang akan datang akan lebih baik keadaannya. Jujur aja neh kawan. Gw masih bisa menghilangkan, menggantikan posisinya dengan yang baru datang. Tapi memang sejarah bukan untuk dilupakan. Masalah ketika sejarah terus dikenang, seorang/suatu bangsa tidak akan bisa membuat sejarah baru nya kemudian. Dia akan terlarut pada masa lalunya. Romantisisme istilah bagi sebagian kawan yang doyan baca buku filsafat tepat menggambarkan hal demikian. Ada stiker unik yang kebetulan saya lihat di belakang mobil saat perjalanan pulang dari kantor. Stiker bergambar Soeharto dengan senyum sinis ditambah kalimat "enak zaman ku toh??" membuat hati miris dan kadang sedikit berpikir tentang apa yang saya alami malam ini. melihat wajahnya terpampang di time line jejaring sosial dengan isi status "ingin segera memulai hidup baru" huff begitu berat terasa. Pantas saja belakangan pesan singkat ku tak berbalas. Ternyata memang dia sumber semua keadaan aneh dalam diriku hari ini. Perasaan tidak percaya diri, malas untuk bangun pagi, malas untuk ke kampus lagi, sepertinya sudah enggan untuk memulai sesuatu yang baru lagi. Mungkin tulisan ini sedikit menyakitkan tapi memang beginilah realita. Kepada dia yang akan memulai hidup baru saya ucapkan selamat.. Doa saya setulus hati padamu agar mantap menentukan pilihan agar hidup bahagia sampai akhir zaman... Tapi diri ini tidak akan melupakan dan akan terus meratap mendalam.... Sampai jari ini tak dapat menuliskan satu bait kalimat permintaan.
[ Read More ]

Posted by harrismalikusmustajab 0 »

Ngeblog lagi yuk...

"Kenapa lo tega membunuh hanya dengan bayaran $1?" tanya si polisi nakal kepada pembunuh profesional. "Saya melakukannya karana suka tantangan," Jawab sang pembunuh. Petikan dialog tersebut merupakan cuplikan film Faster (2010). Lazimnya, seorang melakukan sesuatu pekerjaan secara profesional karena imbalan payment yang seimbang, tidak demikian dengan si Killer (Oliver Jackson-Cohen) dia melakukan pekerjaan karena tantangan. Setelah menjadi pendaki gunung, pembalap propesional, pesenam yoga, akhirnya pria setengah gila ini memutuskan menjadi pembunuh bayar dengan bayaran sekenanya. Memang sedikit ironis melihat kisah film tersebut. Begitu halnya dengan kehidupan hari ini. Banyak sekali orang yang melihat pekerjaan dari keuntungan atau paymentnya saja. Terutama dalam dunia yang keras di Jakarta. Pernah suatu ketika saya berseloroh dengan kawan saya. Seandainya Marx hidup di Jakarta pada tahun 2000-an "Das Kapital" tidak akan terbit dan terkenal. Boleh jadi dia akan kongkow di bangsal depan rumahnya sambil minum kopi. Kebutuhan manusia memang tiada batasnya, seperti meminum air di lautan yang tidak akan pernah memuaskan dahaga. Manusia maju karena tantangan dan Jawaban. Begitu juga sebagai seorang pekerja. Bila tidak tantangan lagi dalam pekerjaannya maka ia akan bertendensi untuk berhenti. Bukan soal gaji atau kenyamanan hati dalam bekerja melainkan gairah dalam hidup. Keganjilan seperti kisah film tersebut ternyata juga tidak sedikit terjadi di kehidupan nyata. Memang semuanya tidak bisa dinilai dengan nalar dan kehendak pragmatis semata, melainkan ada suatu nilai yang sulit digambarkan kata-kata..
[ Read More ]

Posted by harrismalikusmustajab 0 »