Ngeblog lagi yuk...

"Kenapa lo tega membunuh hanya dengan bayaran $1?" tanya si polisi nakal kepada pembunuh profesional. "Saya melakukannya karana suka tantangan," Jawab sang pembunuh. Petikan dialog tersebut merupakan cuplikan film Faster (2010). Lazimnya, seorang melakukan sesuatu pekerjaan secara profesional karena imbalan payment yang seimbang, tidak demikian dengan si Killer (Oliver Jackson-Cohen) dia melakukan pekerjaan karena tantangan. Setelah menjadi pendaki gunung, pembalap propesional, pesenam yoga, akhirnya pria setengah gila ini memutuskan menjadi pembunuh bayar dengan bayaran sekenanya. Memang sedikit ironis melihat kisah film tersebut. Begitu halnya dengan kehidupan hari ini. Banyak sekali orang yang melihat pekerjaan dari keuntungan atau paymentnya saja. Terutama dalam dunia yang keras di Jakarta. Pernah suatu ketika saya berseloroh dengan kawan saya. Seandainya Marx hidup di Jakarta pada tahun 2000-an "Das Kapital" tidak akan terbit dan terkenal. Boleh jadi dia akan kongkow di bangsal depan rumahnya sambil minum kopi. Kebutuhan manusia memang tiada batasnya, seperti meminum air di lautan yang tidak akan pernah memuaskan dahaga. Manusia maju karena tantangan dan Jawaban. Begitu juga sebagai seorang pekerja. Bila tidak tantangan lagi dalam pekerjaannya maka ia akan bertendensi untuk berhenti. Bukan soal gaji atau kenyamanan hati dalam bekerja melainkan gairah dalam hidup. Keganjilan seperti kisah film tersebut ternyata juga tidak sedikit terjadi di kehidupan nyata. Memang semuanya tidak bisa dinilai dengan nalar dan kehendak pragmatis semata, melainkan ada suatu nilai yang sulit digambarkan kata-kata..

Categories: , ,